
Sebongkah batu, tergolek eksotis disamping gemercik air Sungai Mamasa, panjang 296 cm, lebar 1 m di bagian atas (kepala) dan bawah 40 cm (kaki). Hikayatnya mengatatakan kalau bongkah batu granit kecoklatan itu adalah sepasang manusia – laki dan perempuan dalam satu sarung yang membantu karena becinta saat gerhana bulan.
Batu Kumila, adalah salah satu obyek wisata di yang berlokasi Dusun Pembu, Desa Lambanan, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar). Terjangkau dalam tempo 30 menit dengan kondaraan roda dua. Oleh pemerintah Kab Mamasa, di area batu yang berkisah ini telah dibangun pagar melingkar dan gazebo, serta dibangun jalan setapak rabat beton dalam lokasi.
Menurut Kepala Desa Lambanan Yunus P Lemba, yang ditemui Kamis (01/09/2016), katakan bahwa Batu Kumila, memang memiliki cerita yang dikaitkan dengan keunikan gerhana bulan. Bahwa ratusan tahun silam, saat gerhana, sepasang laki-perempuan bercinta dalam satu sarung, lalu menjadi batu.
“Cerita itu masih saya dengar tahun-tahun 60-an, kalau terjadi gerhana bulan. Kita adakan ritual dengan membunyikan, lesung atau memukul-mukul benda yang bisa keluarkan bunyian. Sedangkan nama Dusun “Pembu” itu artinya, “persembunyian.” Menurut orang-orang tua dulu, di sekitar Batu Kumila, tidak ada hewan ternak bisa hidup. Tetapi sekarang sudah tidak lagi, orang-orang kampung bisa memelihara babi di sekitarnya,” papar Kades.
Selain memiliki legendanya yang eksotis, obyek wisata Batu Kumila memang berlokasi pada posisi yang nyaman untuk refresing. Berada di pinggiran Sungai Mamasa serta dikelilingi tebing-tebing yang indah dengan flora yang beraneka ragam. Udaranya cukup sejuk dengan desiran air sungai yang membawa ke suasana yang alami.
LS