
PASANGKAYU, lenterasulawesi.com – Ditemui di Kota Pasangkayu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar), Minggu (12/03/2023), Ketua Ikatan Pemuda Pasangkayu (IPP), Muh. Ashari katakan bahwa pihaknya baru saja lakukan study tour ke Provinsi Bali terkait kepariwisataan. Dimana Bali yang identik dengan sebutan Pulau Dewata itu masyarakat sangat sejahtera, karena perputaran roda perekonomian berjalan lancer, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat tinggi. Itu khususnya ditopang dari sektor pariwisata.
“Pariwisata di sana sungguh cukup maju dan berkembang pesat, banyak obyek pariwisata yang sangat menarik, juga masah kentalnya adat istiadat menjadi potensi wisata yang luar biasa. Kemudian keterlibatan pemuda dalam memajukan wisata juga terasa kental, terutama terkait, merawat dan menjaga kebersihan serta ciptakan ketenangan, ” beber Ashari
Lanjut Ashari, kalau seandainya di Kabupaten Pasangkayu bisa mengambil pelajaran dari Bali terkait penataan parawisata serta dukungan dan komitmen pemudanya yang disiplin, menjaga dan merawat kebersihan dan keindahan kotanya. Karena menurutnya di Bali sana itu, anak-anak muda turut berperan aktif memajukan wisata, mereka pandai fasih bahasa-bahasa asing, khususnya Inggris, ini menjadi kelebihan tersendiri. “Kalau di daerah kita ini Pasangkayu, secara geografis ini banyak obyek wisatanya, baik yang alami maupun yang berkaitan dan budaya dan kearifan lokalnya. Jika saja pariwisatanya terimplementasikan ke teman pemuda untuk mengeksplor dan memperkenalkan wisata wisata kita, itu bisa menjadi pemasukan daerah daerah dan pasti akan membuka lapangan pekerjaan,” tambahnya.
Diuraikan juga oleh Ashari, bahwa saat di Bali, ia sempat ke desa terbersih didunia, namanya Desa Wisata Penglipuran, dan bertemu tokohnya, I Nengah Maneng yang bercerita bahwa desa fenomenal ini ada karena bentuk kepedulian dan komitmen masyarakat, khususnya kaum pemuda. Hasilnya mereka bisa menikmati, pedapatan desa dari sektor wiaata mencapai 1 milyar rupiah setiap bulan.

Kalau di Pasangkayu sendiri, ada beberapa obyek yang sudah mulai mampak, misalnya wisata bahari seperti Pantai Koa Koa dan Pantai Batu Oge. Ini sejatinya kita kembangkan terus karena memiliki potensi yang sangat besar. “Asal masyarakatnya berkomitmen, pemudanya mau bergerak dan pemerintah mau mensupport tidak ada yang tidak mungkin. Juga jangan lupa kita juga punya Suku Da’a yang masih kental akan adat istiadat, itu juga bisa menjadi daya tarik dan potensi wisata yang cerah.
Menurut Ashari, kalaui di Bali itu pemerintahnya sangat mensupport kepariwisataan. Jadi ada beberapa aturan yang dibuat seperti Peratiran Gubernur (Pergub) dan Peraturan Bupati (Perbub) yang mendorong Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan perusahaan untuk membantu dunia wisata.
“Jadi dana CSR itu dipakai untuk pembangunan objek wisata dan larinya pasti untuk kesejahteraan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan. Misalnya di Bali itu, di Desa Penglipuran itu disupport beberapa dana CSR serta komitmen masyarakatnya, sehingga bisa menjadi objek wisata yang mendunia dengan infrastuktur yang lebih modern.
Ashari nilai, kalau seandainya di Pasangkayu, CSR, dari seluruh perusahaan yang ada dioptimalkan untuk pembangunan kepariwisataan. Ini akan memajukan daerah serta juga bisa membuka lapangan pekerjaan dan kembagkan ekonomi kreatif demi kesejahteraan rakyat.
LS