
Kalau melihat title di atas, kemungkinan yang terbayang adalah seseorang yang punya keunikan, berasal dari Pulau Sulawesi. Memiliki kebiasaan jalan kaki, memiliki otak yang cerdas sehingga disebut cerdik serta sangat romantis. Namun itu melesat jauh, karena yang dimaksud judul tersebut adalah Macrocephalon .
Macrocephalon ini lazimnya disebut bagai Burung Maleo, fauna yang berjenis burung dan hanya ada di Pulau Sulawesi. Namun begitu, seperti disarikutifkan dari id.wikipedia.org, tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan Maleo. Sejauh ini, dalam penelusuran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Populasi burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato) dan Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Banggai.

Untuk sekarang ini populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga.
Selain sebagai hewan endemik Sulawesi, Burung maleo juga dikenal memiliki ukuran telur yang tak biasa, yakni 11cm dengan berat 240 hingga 270 gram. Jika dibandingkan dengan telur ayam, ukuran telur burung maleo bias sampai 5 hingga 8 kali lebih besar.

Uniknya lagi, meski termasuk dalam keluarga burung, maleo tidak suka terbang. Burung ini lebih sering menggunakan kakinya untuk berjalan. Itulah mengapa mereka lebih tampak seperti ayam daripada burung. Untuk pakan burung maleo terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang dan berbagai jenis hewan kecil lainnya.
Dikutif dari liputan6.com bahwa di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bolaang Mongondow, salah satu habitat burung maleo. Bila saat sedang tidak betelur atau mencari makan, burung maleo berlindung di atas pohon yang jadi tempat favorit bagi maleo untuk berteduh. Walau tergolong unggas, maleo menghabiskan waktunya di daratan. Populasi burung itu di Sulawesi diperkirakan sekitar 4000-7000 ekor saja. Maleo di Sulawesi telah mengalami penurunan populasi sekitar 90 persen sejak tahun 1950.
Selain itu, si maleo ini dikenal sebagai burung cerdik, ia selalu membuat sarang palsu untuk menipu si pemangsa. Juga beberapa tempat bertelur burung ini menjadi petunjuk akan adanya sumber mata air panas.
Disarikutif dari bobo.grid.id , Burung maleo yang bernama latin Macrocephalon Maleo ini memiliki ciri khas unik yaitu, benjolan di kepala bagian atas. Kulit wajahnya bercorak kekuningan. Bulu dada dan perutnya berwarna putih bercampur warna bercorak terang. Maleo ini sering juga membantu penyerbukan tanaman, membantu penyebaran biji-bijian, dan pengontrol hama.
Ada pula keunikan tersendiri dari Maleo, yaitu antipoligami, burung ini hanya akan setia pada satu pasangan seumur hidupnya. Burung ini selama hidupnya selalu berpasangan dan jika sudah berdua dengan pasangannya seperti orang yang sedang kasmaran alhasil dunia serasa miliki berdua. Romatisnya lagi, untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum, tidur, membuat sarang dan berlindung mereka akan melakukannya berdua. Jika burung ini sudah bertengger di atas pohon maka akan terlihat seperti sedang orang yang berpacaran di bangku taman, berdempetan.
Dari site, blogs.uajy.ac.id/ disebutkan selain setia burung ini juga termasuk hewan yang senang dengan udara yang panas untuk meletakkan telurnya. Biasanya burung ini akan menggali lubang dengan luas kurang lebih sekitar 300m2 dengan kedalaman tempat meletakkan telur lebih dari 100 cm. Sedangkan untuk masa inkubasi sekitar 60 – 80 hari pada kondisi temperatur tanah sekitar 32- 39 Celcius.
Burung maleo hidup secara liar terutama di dalam belukar mulai dari pantai datar yang panas dan terbuka hingga ke hutan pegunungan yang lebat dengan batas ketinggian yang belum jelas. Di hutan pantai, sebaran maleo hampir seluruhnya terkonsentrasi di habitat tempat bertelur, selain itu juga digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas mencari makan dan istirahat.
(berbagai sumber/LS)